Klik : FILM KI WASYID PREMIERE DI 21 CILEGON !
Bantenhits.com - SERANG (Foto: Dokumen Kremov Preview Menjelang Pemutaran Film Perdana) Di tengah pesatnya gempuran pengaruh budaya pop terhadap kalangan
anak muda jaman sekarang, sedikit sekali--kalau tidak mau dibilang tidak
ada--anak muda yang tertarik dengan sejarah. Anak jaman sekarang lebih
mengetahui tahun pembentukan boy band yang sedang populer, ketimbang
tahun-tahun bersejarah di tanah kelahirannya.
Inilah tugas berat yang harus dipikul oleh semua kalangan, mulai dari pemerintah, akademisi, praktisi, dan kalangan profesi. Karena seperti yang pendiri republik ini sampaikan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Bangsa yang menghargai perjuangan para pahlawannya.
Semangat inilah yang sedang dibangun oleh Badan Perpustakaan Daerah
Propinsi Banten yang bekerjasama dengan Kremov Picture, sebuah rumah
produksi yang melahirkan film sejarah Ki Wasyid dengan latar belakang
Geger Cilegon 1888.
Senin (23/9/2013), bertempat di lantai dua, ruang audio visual, Perpustakaan Daerah Propinsi Banten, Jalan Pakupatan Serang, diskusi mengenai film Ki Wasyid digelar. Darwin Mahesa, sang sutradara film tersebut dihadirkan sebagai narasumber sekaligus penyaksi kebangkitan semangat kolektif untuk menghargai sejarah masa lalu di Banten.
"Generasi muda Banten saat ini lupa sejarahnya sendiri, diharapkan dengan film ini mereka paham siapa Ki Wasyid," kata Darwin Mahesa.
Sementara Sulaiman Djaya, budayawan dan penyair Banten mengatakan, peristiwa Geger Cilegon bukan hanya menceritakan soal pemberontakan, setidaknya ada dua sebab psikologis yang memicunya.
Pertama adalah peristiwa penembakan kerbau-kerbau Ki Wasyid. Kedua peristiwa seorang istri penguasa Belanda, van Goebl yang sedang sakit gigi mengeluh karena merasa terganggu oleh suara azan.
"Lalu Van Goebl memaki muazin dan bertanya dengan bengis, apakah Tuhan kalian tuli sampai kalian harus berteriak-teriak memanggilnya?" kata Sulaiman Djaya.
Berbeda dengan Darwin Mahesa dan Sulaiman Djaya, Farid Ibnu Wahid, salah seorang aktor Teater Studio Indonesia yang pernah menggarap isu yang sama dalam pertunjukan "Bicaralah Tanah" mengapresiasi karya film Kremov Pictures.
Film Ki Wasyid ditayangkan di studio 21 Cilegon pada tanggal 25 september 2013 untuk undangan, dan umum bisa menyaksikan pada tanggal 28 September 2013.
Sejarah baru memang harus dibangun lewat sejarah-sejarah sebelumnya. Semoga bangsa ini menjadi besar oleh generasi yang menghargai sejarah....(Rus)
Senin (23/9/2013), bertempat di lantai dua, ruang audio visual, Perpustakaan Daerah Propinsi Banten, Jalan Pakupatan Serang, diskusi mengenai film Ki Wasyid digelar. Darwin Mahesa, sang sutradara film tersebut dihadirkan sebagai narasumber sekaligus penyaksi kebangkitan semangat kolektif untuk menghargai sejarah masa lalu di Banten.
"Generasi muda Banten saat ini lupa sejarahnya sendiri, diharapkan dengan film ini mereka paham siapa Ki Wasyid," kata Darwin Mahesa.
Sementara Sulaiman Djaya, budayawan dan penyair Banten mengatakan, peristiwa Geger Cilegon bukan hanya menceritakan soal pemberontakan, setidaknya ada dua sebab psikologis yang memicunya.
Pertama adalah peristiwa penembakan kerbau-kerbau Ki Wasyid. Kedua peristiwa seorang istri penguasa Belanda, van Goebl yang sedang sakit gigi mengeluh karena merasa terganggu oleh suara azan.
"Lalu Van Goebl memaki muazin dan bertanya dengan bengis, apakah Tuhan kalian tuli sampai kalian harus berteriak-teriak memanggilnya?" kata Sulaiman Djaya.
Berbeda dengan Darwin Mahesa dan Sulaiman Djaya, Farid Ibnu Wahid, salah seorang aktor Teater Studio Indonesia yang pernah menggarap isu yang sama dalam pertunjukan "Bicaralah Tanah" mengapresiasi karya film Kremov Pictures.
Film Ki Wasyid ditayangkan di studio 21 Cilegon pada tanggal 25 september 2013 untuk undangan, dan umum bisa menyaksikan pada tanggal 28 September 2013.
Sejarah baru memang harus dibangun lewat sejarah-sejarah sebelumnya. Semoga bangsa ini menjadi besar oleh generasi yang menghargai sejarah....(Rus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar